Tedak Sinten di Desa Cepagan

  • Dec 23, 2018
  • cepagan
  • BERITA, POTENSI DESA, LINGKUNGAN, SENI DAN KEBUDAYAAN

Tedak siten merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah.‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi anak yang mandiri.Tradisi ini dijalankan saat anak berusia hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya,Bagi para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Dalam istilah jawa disebut tedak siten. Selain itu juga diiringi doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya. Prosesi Pertama, memandikan bayi dan menyukur rambut bayi, bahwa bayi dalam keadaan suci seperti pertma kali ia terlahir dalam keadaan fitrah dan kelak ketika meninggalkan dunia ini sang anak juga diharapkan kembali kedalam fitrahnya. Kedua, Mengurungi bayi kedalam Kurungan yang berisikan berbagai macam barang ( Padi, daun Salam, Gunting, Gelang, Kalung, Pengilon, Uang Kertas, Buku, Pensi, dll. ada beberapa pilihan disinilah kelak anak akan menapaki kehidupannya dalam memilih profesi dan berantai dalam memilihnya Ketiga, membagikan bubur atau orang jawa menyebut bubur tersebut dengan nama bubur chadel yakni bubur merah manis dengan bulatan dari tepung beras (bulatan itulah yang disebut chadel). Memiliki makna bahwa bayi akan menjadi kuat dan kokoh untuk menapaki kehidupannya Keempat, merayakan uang (uang logam,uang kertas, Doorprize) orang jawa menyebutnya udhek-udhek duit yang berisi beras kuning artinya menyebar yakni melemparkannya yang disana banyak orang yang berkumpul untuk mengambil uangnya sebagai hak miliknya. Menunjukan bahwa sang anak diharapkan kelak menjadi orang yang dermawan dan dikaruniai banyak rizki dan saling berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan. Tradisi ini digelar sebagai bentuk harapan dan doa agar anak mampu menjadi orang yang berguana bagi agama, Negara dan masyarakat. Sebagai sebuah symbol atas karunia yang diberikan kepada keluarga. Didalamnya mengisyaratkan berbagai macam benda seperti berdoa, makanan, uang, barang, bunga dll. Ini menunjukan hubungan tiga dimensi antara manusia, tuhan dan alam. Dan kesemuanya berjalan(google)